Pencak silat
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa
Nusantara.
Berkat peranan para pelatih asal
Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak
silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara
Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia
dan Brunei Darussalam.
Pencak silat adalah olahraga
bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam
pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat
yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan
aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.
Setiap empat tahun di Indonesia
ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional.
Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak
penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.
Di tingkat nasional olahraga
melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu
nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa.
Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional. Di
Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya
aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan
nilai-nilai yang ada di dalamnya.
SEJARAH
Nenek moyang bangsa Indonesia
telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan
mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka
menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam
sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal
mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan
menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku
Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di
kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum
dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan
Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela
diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan
diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa
bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang
ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang
berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam
bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak
terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan
spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh
Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari
Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah
mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau
dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Pencak silat telah dikenal oleh
sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di
semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya
yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal
dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari
namanya, dapat diketahui bahwa istilah “silat” paling banyak menyebar luas,
sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan
di rantau Asia Tenggara.
Tradisi silat diturunkan secara
lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga
catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat
dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain.
Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh
Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad
ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau
Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula
silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan
pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh
persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai
tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah
Mada mahapatih Majapahit[butuh rujukan]
dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat secara
historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum
penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat
diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat
menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa
di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara
adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek
Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat
Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi “palang
pintu”, yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil.
Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang
menceritakan rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah
pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang
dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah
pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang dengan
pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan oleh
para pengawal pengantin pria.
Silat lalu berkembang dari ilmu
beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk
menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah
Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan
Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar,
Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak
Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah diakui
sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk
daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok
etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai
daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang
juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya
mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak
silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak
silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat
nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan
Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya
(Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga
dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai
pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat
nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di
Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan
Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei
Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara
resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
ISTILAH
DALAM PENCAK SILAT
- Kuda-kuda: adalah posisi menapak kaki untuk memperkukuh
posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kukuh penting untuk mempertahankan
posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kuda-kuda juga penting untuk
menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau
pukulan).
- Sikap dan Gerak: Pencak silat ialah sistem
yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik
(pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan
gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan.
Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan
mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
- Langkah: Ciri khas dari Silat adalah penggunaan
langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar.
Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah
empat.
- Kembangan: adalah gerakan tangan dan sikap tubuh yang
dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak-gerik musuh, sekaligus
mengintai celah pertahanan musuh. Kembangan utama biasanya dilakukan pada
awal laga dan dapat bersifat mengantisipasi serangan atau mengelabui
musuh. Seringkali gerakan kembangan silat menyerupai tarian atau dalam maenpo
Sunda menyerupai ngibing (berjoget). Kembangan adalah salah satu
bagian penilaian utama dalam seni pencak silat yang mengutamakan keindahan
gerakan.
- Buah:
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan
menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan
buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan
telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan,
sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi,
dan lain-lain.
- Jurus:
pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan
dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk
menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah),
saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah,
atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat
digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
- Sapuan dan Guntingan: adalah salah satu jenis
buah (teknik) menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni
menendang dengan menyapu atau menjepit (menggunting) kaki musuh, sehingga
musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh.
- Kuncian: adalah teknik untuk melumpuhkan lawan agar
tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk melucuti senjata musuh.
Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan, dan gerakan cepat yang
biasanya mengincar pergelangan tangan, lengan, leher, dagu, atau bahu
musuh.
Dan di sini saya akan
menjelaskan tentang pencak silat “Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”.
Persaudaraan
Setia Hati Terate (PSHT) atau yang dikenal dengan SH Terate adalah suatu
persaudaraan "perguruan" silat yang bertujuan mendidik dan membentuk
manusia berbudi luhur,tahu benar dan salah, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mengajarkan kesetiaan pada hati sanubari sendiri serta mengutamakan
persaudaraan antar warga (anggota) dan berbentuk sebuah organisasi yang merupakan rumpun/aliran Persaudaraan Setia
Hati (PSH). SH Terate termasuk salah satu 10 perguruan silat yang turut
mendirikan Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) pada konggres pencak silat tanggal 28 Mei 1948 di Surakarta. Cabang SH Terate tersebar di 200 kota/kabupaten di
Indonesia dan komisariat luar negeri di Malaysia, Belanda, Russia (Moskow), Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia dan Perancis, dengan
keanggotaan (disebut Warga) mencapai 8 juta orang.
Sejarah dan Perkembangan PSHT
Pada tahun 1903 di Kampoeng
Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ageng Soero Dwiryo
meletakkan dasar bagi gaya Pencak Silat Setia Hati. Sebelum disebut Setia Hati,
latihan Fisik/Gerakan Pencak Silat Setia Hati disebut "Djojo Gendilo
Tjipto Muljo" dan untuk ajaran kerokhanian dan spiritual Setia Hati
disebut "Sedulur Tunggal Ketjer" disingkat STK. oleh Warga Tk.II pada
latihan tingkat Putih PSHT cabang Surabaya di IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun
1994 - 1995, antara lain Mas Ir. FX.Sentot Sutikno, Mas. Dr. Ir. H.Aliadi,MM
dan Mas Panggul Pada tahun 1917 Ki Ageng Soerodwirjo pindah ke
Madiun dan membangun dan mendirikan Persaudaraan "perguruan" Silat
bernama Persaudaraan Setia Hati di desa Winongo Madiun. Pada saat itu Persaudaraan Setia Hati bukanlah/belum
menjadi organisasi, Setia Hati adalah persaudaraan (kadang) saja di antara
siswa, karena pada saat itu organisasi Pencak Silat tidak diizinkan oleh
kolonialisme Belanda. "Setia Hati" berarti Setia pada Hati (diri)
sendiri". Soerodiwirjo lahir keluarga bangsawan di daerah Gresik (versi lain di Madiun) Jawa Timur, Indonesia, pada kuartal terakhir abad ke-19. Dia
dijuluki sebagai "Ngabei" sebuah gelar bangsawan eksklusif yang
diberikan oleh Sultan dan hanya untuk mereka yang telah membuktikan dirinya layak
secara rohani. Dia tinggal dan bekerja di berbagai lokasi di pulau Jawa dan
Sumatera dan belajar gaya Pencak Silat dari berbagai aliran. Di Sumatera juga
belajar kerokhanian (kebatinan) pada seorang guru spiritual. Kombinasi ajaran
spiritual (kebatinan) dan gaya pencak silat yang terbaik dari berbagai aliran
ini yang menjadi dasar untuk silat Setia Hati. Ki Ageng Hadji Soerodiwirjo
meninggal pada 10 November 1944 di Madiun.
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan perintis kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang
Setia Hati, meminta izin kepada Ki Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan
Setia Hati bagi generasi muda dan diizinkan oleh Ki Ageng Soerodiwirjo, tetapi
harus dalam nama yang berbeda. Maka Ki Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati
"PeAmuda Sport Club"(SH PSC) yang kemudian menjadi Persaudaraan Setia
Hati "Pemuda Sport Club" yang berupa sebuah Organisasi. Organisasi
ini kemudian disebut Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT pada tahun 1948
dalam kongres pertama di Madiun. Setelah Perang Dunia II, PSHT terus
menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang tokoh penting di balik semakin
populernya PSHT ini adalah Mas Irsjad yang merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
Mas Irsyad ini juga menciptakan 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati
(Jurus dengan pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang
membedakan dengan Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad adalah Mas
Imam Koesoepangat
(1939-1987) pemimpin spiritual dari PSHT yang turut berjasa membesarkan PSHT.
Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi Harsono(1987-2014),
Saat ini dewan pusat organisasi PSHT dipimpin oleh Kolonel Inf (Purn.) Mas
Richard Simorangkir sampai pada Parapatan Luhur digelar pada tahun 2014.
Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate
Falsafah dan Ajaran yang utama
dari SH Terate adalah manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan
(dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada
hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri. Tidak ada kekuatan apapun diatas
manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan yang dimiliki
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tersebut telah menjadi keyakinan bagi semua
warga SH Terate sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi anggota secara
pribadi maupun persaudaraan. Tidak ada yang ditakuti oleh Warga SH Terate baik
dari bangsa manusia maupun yang lain (jin, makhluk halus dan lain-lain) kecuali
ketakutan (takwa) pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain falasafah dan ajaran
sebagaimana tersebut diatas SH Terate juga mengajarkan calon Anggota
Persaudaran dengan Seni Beladiri Pencak Silat. Menurut SH Terate setiap seni
bela diri timur didasarkan pada filosofi dengan kode etik terkait. Hal ini juga
berlaku untuk Pencak Silat. Praktek seni bela diri memiliki tujuan membantu
siswa mengembangkan karakter jujur,terbuka dengan hidup sesuai dengan
norma-norma dasar dan nilai-nilai seni. Siswa berusaha untuk menjaga keseimbangan
(harmoni) dalam jasmani dan rohani, dalam kecerdasan dan juga emosi.
Persaudaraan Setia Hati Terate adalah cara hidup,
jalan hidup. Unsur olahraga hanya aspek kecil, salah satu dari banyak batu yang
jalan PSHT yang beraspal. Dengan pendekatan yang lebih luas ini, Persaudaraan
Setia Hati Terate bukan olahraga pertempuran tetapi seni pertempuran. Sebuah
olahraga pertempuran adalah perjuangan dengan yang lain. Sebuah seni
pertempuran adalah perjuangan dengan diri sendiri. Falsafah dan Ajaran SH Terate
tersebut telah menjadi Prinsip Dasar Setia Hati Terate,untuk mencapai
keseimbangan dalam tubuh (jasamani) dan pikiran (rohani), Persaudaraan Setia
Hati Terate didirikan pada lima prinsip dasar:
- Persaudaraan (Brotherhood atau persaudaraan)
- Olah Raga (Sport)
- Bela Diri (Self-pertahanan)
- Seni Budaya (Seni dan budaya)
- Kerokhanian Ke SH-an (pengembangan Spiritual)
Filosofi lengkap dari Persaudaraan Setia Hati
Terate dapat dilihat pada simbol-simbol lambang PSHT.
Makna Lambang PSHT
Berikut ini menjelaskan berbagai
konsep dan simbol lambang PSHT. Ini mewujudkan bagian dari filosofi
Persaudaraan Setia Hati Terate.
Segi Empat
Segi Empat panjang dalam lambang
SH Terate adalah bermakna Perisai, perisai bisa berarti benteng atau petahanan
diri, seorang warga SH Terate harus bisa membentengi diri sendiri dari segala
bentuk ancaman jasmani maupun rohani. segi empat ini juga melambangkan 4 mata
arah angin dan ditambah 1 sebagai porosnya
Warna Hitam
Warna Hitam sebagai dasar
melambangkan kekal dan abadi. Sesuai semboyannya Selama Matahari bersinar,
selama Bumi masih dihuni oleh Manusia, semoga Setia Hati tetap jaya, kekal dan
abadi selama-lamanya.
Persaudaraan
Konsep Persaudaraan ini dapat
diterjemahkan sebagai "persaudaraan" kepada
semua, mengungkapkan visi dan misi bahwa semua orang adalah saudara dan
saudari. "Saudara" diterjemahkan baik sebagai "saudara" dan
"adik": perempuan juga merupakan bagian dari
"persaudaraan". Ini berarti saling menghormati, solidaritas dan
kerjasama. Persaudaraan menggantikan budaya,ras,kepercayaan dan afiliasi
politik. Persaudaraan kepada semua adalah disamping persaudaraan dengan sesama
warga SH Terate adalah juga persaudaraan sesama umat Manusia
Setia Hati
Setia Hati dapat diterjemahkan
sebagai "setia pada hati" nya sendiri. Ini menyiratkan bahwa kita
harus selalu jujur pada hati seseorang (perasaan emosional) dalam semua
keputusan hidup. Emosi-emosi ini, bagaimanapun, harus selaras dengan kognisi
rasional seseorang. Apa yang dalam hati sanubari rasakan dan menjadi pemiikiran
harus menjadi dasar bagi perkataan maupun tindakan nyata atau perilaku
sehari-hari. Jika dua unsur tidak harmonis, maka setiap keputusan yang diambil
salah.
Hati Bersinar
Hati bersinar digambarkan dalam
lambang, sinar yang berasal dari hati ini adalah representasi simbolis dari
konsep persaudaraan: satu mengirimkan pikiran yang baik atau perasaan kepada
orang lain. Putih melambangkan cinta dan kebersihan batin. Garis merah di sekitar
Hati adalah simbol pertahanan diri: satu bercita-cita untuk persaudaraan dan
bahwa yang satu dapat menawarkan orang lain, tapi tidak dengan mengorbankan
diri sendiri. Artinya cinta, kasih dan sayang terhadap sesama ada batasnya,
cinta,kasih dan sayanag yang tidak terbatas bisa menghancurkan diri sendiri.
Terate
Terate (bunga teratai) adalah
bunga yang bisa hidup di darat dan di air. Ini melambangkan tekad, ketahanan
dan kemampuan untuk beradaptasi. Bunga ini dapat berkembang di segala kondisi.
Di udara. Di dalam air. Dalam kondisi kering dan basah. Warga PSHT juga sama
harus mampu beradaptasi dan mengatasi keadaan yang sulit. Dan seperti Terate,
meskipun pengaruh negatif dari lingkungan, siswa PSHT mempertahankan kebersihan
batin nya.Terate dapat hidup dan mekar di lumpur, tapi mempertahankan keindahan
dan kemurnian.
Garis Merah Tegak
Sebuah garis merah vertikal
ditemukan di sisi kiri lambang, diapit pada setiap sisi menjadi garis putih.
Ini adalah "jalan yang lurus", melambangkan pertumbuhan mental dan
spiritual siswa dan Warga PSHT yang lurus dan menegakkan kebenaran. Sata
pengesahan menjadi Warga Pertama, calon warga membuat sumpah untuk mengikuti
jalan ini dan sesuai dengan aturan-aturan tertentu perilaku. Apabila melakukan
pelanggaran sumpah ada konsekuensi yang harus diterima.
Senjata
Pada bagian bawah sejumlah
senjata kuning berwarna digambarkan pada lambang. Ini melambangkan jalur fisik
bahwa seseorang harus mengikuti untuk akhirnya mencapai pertumbuhan rohani
dalam keimanan
Tingkatan
Dalam SH Terate
Sebutan untuk anggota
Persaudaraan adalah Warga bukan Pendekar seperti pada umumnya
Persaudaraan"Perguruan" Silat. Sebutan untuk yang sedang belajar dan
berlatih adalah "Adik" Siswa/Murid, sedangkan untuk yang telah
disyahkan disebut Warga. Siswa yang masih dalam proses belajar/latihan harus
memanggil Mas "kakak" kepada semaua Warga SH Terate.
Siswa (pemula)
Untuk menjadi anggota Setia Hati
Terate, seseorang harus menjalankan latihan fisik dan juga penggemblengan
mental spiritual minimal 2 tahun Latihan selama 2 tahun itu dibagi menjadi 4
tingkatan yang masing-masing tingkatn ditempuh selama 6 bulan latihan.
Siswa Polos
Sebutan lain untuk siswa Polos
adalah Hitam yang ditandai dengan Sabuk berwarna Hitam. Latihan pada tingkatan
ini adalah pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan
gerak dan gerakan yang ada di SH terate dan beberapa Senam dan Jurus Setia Hati
Terate. Maksimal Gerak dan Gerakan tangan dan kaki termasuk Senam dan Jurus
yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1-2 Pukulan, Tendangan dan Pertahanan,
Senam ke-30 dan Jurus ke-6.
Siswa
Jambon (merah muda)
Siswa tingkat Polos yang lulus
pada ujian kenaikan tingkat selanjutnya disebut Siswa Jambon yang ditandai
dengan Sabuk berwarna Jambon. Sebutan Jambon mengacu kepada Warna Sabuk pada
tingkatan ini yaitu Merah Jambu"buah:Jambu biji" Selain peningkatan
pemahaman dan pengamalan ke-SH-an pada tingkatan ini ada penambahan Gerak dan
Gerakan maksimal menjadi 3-4 Pukulan,Tendangan dan pertahanan,Senam ke-50 dan
Jurus ke 13-14.
Siswa Hijau
Siswa Hijau "basa Jawa
ijo" ditandai dengan sabuk berwarna Hijau. Pada tingkatan ini Gerak dan
Gerakan tangan dan kaki mencapai 5-6 pukulan,tendangan dan pertahanan,. Jumlah
senam antara 46 sampai dengan 60 dan jurus 15 - 20 an. Pada tingkat ini juga
mulai diajarrkan senam dan jurus Toya.
Siswa Putih
Siswa Putih adalah tingkatn tertinggi
bagi siswa Setia Hati yang di tandai dengan sabuk putih yang sama ukuran dengan
polos,jambon dan ijo.Semua gerak dan gerakan tangan dan kaki berupa
pukulan,tendangan,pertahanan,senam,jurus termasuk toya, teknik kuncian dan cara
melepaskan dan pernafasan telah diberikan semua kecuali jurus ke-36. Secara
rohani fisik dan rohani tingkat ini sudah siap menjadi Warga (sebutan Pendekar
dalam SH Terate) kecuali siswa yang belum sampai pada persyaratan usia minimal.
Warga
Jalur dari Persaudaraan Setia Hati Terate dibagi
menjadi tiga derajat :
1. Gelar Pertama (TINGKAT Satu): psht kedungpring
- Gelar Pertama terutama ditujukan untuk
pembangunan fisik. Melalui sistem gerakan fisik terampil (Pencak), siswa
belajar untuk menggunakan tubuh mereka secara efektif.
- Gelar Pertama dibagi menjadi beberapa langkah,
ditambah dengan sistem lulus dari ikat pinggang dan slendangs (ikat
pinggang). Setiap langkah diakhiri dengan ujian.
2. Gelar Kedua (TINGKAT Dua):
- Gelar Kedua berfokus terutama pada Silat,
demobilisasi penyerang menggunakan teknik fisik (Pencak) belajar untuk
Gelar Pertama. Siswa belajar untuk membuat penggunaan efektif dari
kekuatan batin melalui konsentrasi, teknik dan meditasi pernapasan.
- Bentuk pembelaan diri bisa sangat mematikan.
Oleh karena itu diajarkan hanya kepada pemegang PSHT dari Gelar Pertama
Putih Slendang, dan yang, setelah bertahun-tahun pelatihan disiplin,
kemauan dan character building mampu menguasai "nyata" Silat.
Pelatihan untuk Gelar Kedua Putih Slendang adalah pembangunan fisik pada
dasarnya 50% dan perkembangan mental 50%.
3. Gelar Ketiga (TINGKAT Tiga):
- Gelar Ketiga hanya ditujukan untuk beberapa
yang dipilih: bagi mereka yang dapat bundel semua kekuatan positif yang
telah mereka pelajari dan menerapkannya untuk kepentingan kemanusiaan.
Gelar Ketiga adalah 95% spiritual dan pembangunan fisik 5%. Di Indonesia,
saat ini terdapat sekitar 300.000 pemegang Pertama Gelar Putih Slendang
dan sekitar 160 pemegang Gelar Kedua Putih Slendang. Sayangnya hanya ada
satu orang di Indonesia telah Gelar Ketiga Putih Slendang, ketua PSHT, Mas
Tarmadji Boedi Harsono Mas, yang lain sudah masa lalu pergi mendahului.
Senjata
Senjata-senjata yang digunakan
dalam Pencak Silat adalah kombinasi senjata adat dan mereka dibawa ke Indonesia
dari seluruh benua Asia. Sejumlah senjata ini awalnya alat yang digunakan untuk
Berladang. Hampir setiap gaya Pencak Silat tradisional menggunakan senjata
sebagai berikut.
Pisau dan belati
Adalah pisau pendek tanpa bentuk
atau panjang tertentu.
Golok dan parang
Golok adalah pedang pendek,
parang bermata pisau satu-sisi. Parang ini juga merupakan jenis pedang yang
digunakan secara luas. Keduanya awalnya digunakan sebagai alat-alat pertanian.
Trisula
Trisula adalah garpu logam tiga
cabang. Ini bervariasi panjangnya 25–65 cm. Trisula tersebut kemungkinan
besar asal India.
Toya
Toya adalah tongkat kayu,
umumnya terbuat dari rotan. Ini bervariasi panjang 1,5-2 meter, tetapi pada
prinsipnya adalah sedikit lebih pendek dari orang yang menggunakannya. Panjang
toya antara 3,5 dan 5,0 cm.
Selain senjata yang disebutkan
di atas, sebagian besar gaya Pencak Silat juga menggunakan senjata mereka
sendiri yang spesifik. Dalam PSHT, senjata berikut ini juga digunakan:
Celurit
Celurit adalah istilah Indonesia
untuk sabit, alat pertanian yang berasal dari pulau jawa, pisau baja dalam
bentuk setengah bulan. "Semut" adalah sabit kecil. Ujung tombak
adalah di bagian dalam pisau.
Krambit
Krambit adalah senjata berupa
cakar bermata pisau dua sisi dalam bentuk setengah bulan. PSHT adalah
satu-satunya gaya Pencak Silat untuk menggunakan senjata ini.
Semboyan dan falsafah
Dalam Persaudaraan Setia Hati
Terate juga ada berbagai semboyan,simbol dan falsafah yang mengambarkan
kewajiban, pesan moral dan pribadi SH yang harus diajarkan dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah tersebut diambil
dari budaya dan ajaran Jawa, tetapi telah melekat dan identik dengan
Persaudaran Setia Hati Terate hampir 1 abad. Beberapa semboyan,simbol dan
falsafah tersebut adalah:
* Memayu Hayuning Bawana * Soero diro Djojo diningrat
lebur dining Pangastuti * Ngluruk tanpa Bala Menang tanpa Ngasorake *
Sepiro Gedenging Sengsara yen tinampa amung Coba * Selama matahari masih
terbit dari timur,dan terbenam di barat. Selama itu pula lah Persaudaraan
Setia Hati Terate akan jaya selamanya".